Berita Online – Penyempitan pembuluh darah dapat berlangsung secara bertahap selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala apapun. Namun, ketika ada pemicu tertentu, sumbatan tersebut dapat menyebabkan serangan jantung.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan jantung guna mencegah serangan jantung, terutama ketika usia telah mencapai 40 tahun.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung berkurang atau terhenti. Hal ini disebabkan oleh penumpukan lemak, kolesterol, dan plak yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung.
“Jika sudah terjadi penyumbatan pada pembuluh darah koroner, serangan jantung bisa terjadi bahkan saat kita sedang tidur. Itulah mengapa banyak kasus serangan jantung terjadi pada dini hari atau subuh,” kata dr. A. Sari Sri Mumpuni Sp.PJ, Sub spesialis kardiologi intervensi.
Selain nyeri dada, gejala serangan jantung bisa berupa keringat dingin, sesak napas, rasa terhimpit di dada seperti ada beban berat, atau pingsan.
Baca juga: Nyeri Dada Disertai Kesulitan Bernapas, Apakah Gejala Serangan Jantung?
Gejala-gejala tersebut juga bisa menjadi tanda penyakit lain, seperti penyakit asam lambung atau GERD. Namun, kecurigaan terhadap serangan jantung tetap diperlukan agar tidak terlambat mendapatkan penanganan.
Menurut dr. Sari, ada tanda pembeda yang khas antara gejala serangan jantung dan GERD yang penting untuk dikenali.
“Pada serangan jantung, nyeri bisa menjalar ke punggung, lengan kiri, rahang, dan terasa seperti ada beban berat di dada. Sedangkan GERD lebih khas, sakitnya tajam namun tidak menjalar, hanya terpusat di ulu hati,” jelasnya.
dr. A. Sari Sri Mumpuni Sp.JP
Meskipun penanganan serangan jantung semakin canggih, upaya pencegahan tetap harus diutamakan. Individu yang berusia di atas 40 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan jantung secara berkala.
“Lakukan pencegahan dengan check up rutin, terutama jika terdapat komorbid seperti hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok, atau adanya riwayat penyakit jantung dalam keluarga,” kata dr. Sari.
Selain pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar lemak dan gula darah, pemeriksaan jantung dapat dilakukan melalui tes treadmill atau elektrokardiogram (EKG).
“Jika hasilnya masih meragukan, bisa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan atau MRI,” ujar dokter dari RS Pondok Indah – Pondok Indah Jakarta ini.
Di Indonesia, rata-rata usia terjadinya serangan jantung adalah 55-65 tahun. Ini lebih muda dibandingkan dengan Amerika yang berkisar 60-65 tahun dan Jepang 65-70 tahun. Saat ini, jumlah penderita penyakit jantung yang berusia di bawah 50 tahun di Indonesia juga meningkat.
Tingginya kasus penyakit jantung di usia muda ini sejalan dengan kurangnya aktivitas fisik pada generasi muda. Tren obesitas pada remaja dan kebiasaan merokok juga semakin meningkat.
Baca juga: Gejala Serangan Jantung pada Wanita Berbeda dengan Pria
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.