Berita Online – Studi terkini mengungkap bahwa kolagen yang telah dimodifikasi secara khusus dapat mengurangi rasa lapar dan mendukung penurunan berat badan pada orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
Temuan ini menawarkan harapan baru dalam pengembangan suplemen makanan dengan fungsi khusus.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients ini dilakukan oleh tim peneliti dari University of Navarra, Spanyol.
Mereka menciptakan kolagen tipe I dari sapi yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap air namun rendah dalam daya cerna.
Karakteristik ini memungkinkan kolagen untuk mengembang di dalam lambung, menciptakan efek kenyang yang lebih tahan lama.
Dalam uji klinis acak terkontrol (randomized controlled trial) selama 12 minggu yang melibatkan 64 peserta, konsumsi kolagen menunjukkan penurunan berat badan serta peningkatan rasa kenyang yang signifikan.
Baca juga: Diet DASH Disarankan Dokter untuk Lawan Hipertensi Tanpa Obat Berlebih
Efek nyata pada berat badan dan komposisi tubuh
Peserta yang termasuk dalam kelompok intervensi mengonsumsi dua batang protein mengandung kolagen (20 gram per hari), masing-masing 45 menit sebelum makan siang dan makan malam.
Hasilnya, mereka mengalami penurunan berat badan rata-rata 3 kilogram, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah sistolik, dan indeks hati berlemak (FLI) juga menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Menariknya, tidak hanya lemak yang berkurang, tetapi massa otot bebas lemak juga mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan bahwa penurunan berat badan tidak disertai dengan hilangnya massa otot, yang sering menjadi kekhawatiran dalam program diet.
Selain itu, kelompok yang mengonsumsi kolagen melaporkan penurunan rasa lapar dan peningkatan rasa kenyang serta kepuasan setelah makan.
Baca juga: Batu Saluran Kemih Akibat Diet Salah, Simak Penjelasan Dokter Urologi
Ghrelin turun, rasa lapar terkontrol
Untuk menelusuri mekanisme biologisnya, para peneliti juga menguji efek kolagen pada tikus jantan Wistar.
Tikus yang mengonsumsi kolagen menunjukkan penurunan kadar ghrelin—hormon yang memicu rasa lapar—secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima protein kasein.
Ini menunjukkan bahwa efek kenyang yang dirasakan bukan hanya sebatas psikologis, tetapi juga didukung oleh respons hormonal.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumsi kolagen dengan karakteristik khusus dapat menjadi strategi tambahan yang efektif dalam penanganan obesitas.
Dengan meningkatkan rasa kenyang, menurunkan kadar ghrelin, dan memperbaiki komposisi tubuh tanpa efek samping yang berarti, kolagen ini memiliki potensi sebagai suplemen fungsional yang menjanjikan.
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, terutama untuk mengonfirmasi temuan ini dalam populasi yang lebih luas dan beragam, inovasi ini membuka babak baru dalam pendekatan diet dan nutrisi modern.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.