Berita Online – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa sindrom nefrotik, yang kerap disebut sebagai ginjal bocor, jarang terjadi pada anak-anak.
Menurut Dr. dr. Ahmedz Widiasta, Sp.A, Subsp.Nefro(K), M.Kes., anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, kasus ini hanya ditemukan pada 1-17 dari 100.000 anak.
Namun, jika terjadi, bentuk yang paling sering dijumpai pada anak-anak adalah sindrom nefrotik idiopatik, yang penyebab pastinya belum diketahui namun masih bisa ditangani dengan terapi obat.
Biasanya, kasus sindrom nefrotik idiopatik pada anak-anak ditemukan pada usia 1-7 tahun.
“Usia 1-7 tahun adalah masa ketika serangan pertama kali muncul. Sedangkan, kekambuhan bisa terjadi kapan saja hingga usia remaja,” ujar Ahmedz dalam webinar IDAI pada Selasa (8/7/2025).
Baca juga: Sindrom Nefrotik pada Anak Dapat Disembuhkan dengan Tindakan Dini
Pilih Idol K-Pop atau aktor K-Drama favoritmu & menangkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Lebih lanjut, Ahmedz menyebutkan bahwa anak-anak yang mengalami sindrom nefrotik di bawah usia 1 tahun atau di atas 7 tahun cenderung lebih berisiko.
“Anak yang terkena sindrom nefrotik di bawah usia 1 tahun atau di atas 7 tahun memiliki kemungkinan besar untuk mengalami bentuk sindrom yang tidak merespons obat,” jelas Ahmedz.
Ia menambahkan bahwa anak-anak tersebut biasanya resisten terhadap pengobatan standar untuk sindrom nefrotik, yaitu penggunaan steroid.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa masih ada harapan bagi anak dengan sindrom nefrotik resisten obat untuk sembuh, asalkan segera ditangani.
“Namun, untuk yang resisten terhadap steroid, saat ini sudah banyak alternatif obat yang tersedia dan Insyaallah bisa membantu kesembuhan,” kata Ahmedz.
Ia menjelaskan bahwa anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid memerlukan obat jenis antibodi monoklonal seperti Rituximab, yang harganya lebih tinggi.
Menurutnya, hanya 20 persen kasus sindrom nefrotik pada anak yang resisten terhadap obat standar.
Sementara itu, 80 persen kasus merespons baik terhadap pengobatan standar.
“Sebanyak 80 persen kasus yang baik adalah yang memberikan respons positif terhadap obat standar selama satu bulan. Sedangkan 20 persen sisanya memang tidak merespons obat standar, namun sebagian dari mereka juga bisa membaik,” tambah Dr. dr. M. Heru Muryawan, Sp.A, Subsp.Nefro(K) dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: IDAI Mendorong Pemerintah untuk Melakukan Skrining Dini untuk Mencegah Sindrom Nefrotik
Ahmedz menerangkan bahwa sindrom nefrotik atau ginjal bocor adalah sekumpulan gejala yang muncul akibat kerusakan glomerulus ginjal, yang menyebabkan protein albumin banyak terbuang melalui urine.
Ginjal yang sehat dan berfungsi dengan baik mampu mempertahankan kadar albumin dalam darah pada tingkat yang stabil.
Ahmedz menyatakan bahwa gejala sindrom nefrotik pada anak biasanya ditandai dengan pembengkakan tubuh.
“Bagaimana cara mengenali gejalanya? Biasanya muncul bengkak, terutama terlihat saat bangun tidur. Kemudian, pada siang hari kembal normal,” ujarnya.
Namun, pembengkakan bisa semakin parah keesokan harinya.
Biasanya, pembengkakan pertama kali terjadi di area kelopak mata, pipi, atau bibir.
Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah urine berbusa dan volume urine yang semakin sedikit.
Adapun tanda sindrom nefrotik pada anak yang memerlukan pemeriksaan medis adalah kadar albumin dalam darah yang rendah.
Anak dengan sindrom nefrotik akan memiliki kadar albumin darah di bawah normal, yaitu kurang dari 3,5 gram/desiliter (g/dl).
“Itulah sebabnya penderitanya mengalami bengkak. Pasien yang datang ke klinik biasanya mengeluhkan gejala bengkak,” jelas Heru.
Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran medis.
Baca juga: Kenali Sindrom Nefrotik yang Berpotensi Menyebabkan Gagal Ginjal
Simak berita terkini dan pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu untuk mengakses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan aplikasi WhatsApp sudah terinstal.