Jakarta: Hari Donor Darah Sedunia yang diperingati setiap tanggal 14 Juni 2025 menjadi momen penting untuk mengapresiasi peran krusial para pendonor darah dan tenaga medis di seluruh dunia. Tanggal ini dirayakan setiap tahun sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi para pendonor sukarela yang rela memberikan darahnya untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan pusat layanan medis, ketersediaan darah di bank darah sering kali menjadi penentu hidup atau mati bagi pasien yang mengalami pendarahan parah, kecelakaan serius, atau menjalani operasi besar.
Namun, menjaga ketersediaan darah yang aman dan dapat disimpan bukanlah hal yang mudah. Di balik kemajuan teknologi medis yang memungkinkan transfusi darah berlangsung cepat dan efisien, terdapat sejarah panjang yang penuh dengan eksperimen ilmiah, perjuangan para peneliti, serta perkembangan sistem yang terjadi selama berabad-abad.
Dari transfusi darah langsung antarindividu hingga munculnya konsep bank darah modern, semua ini merupakan hasil dari upaya manusia yang tak kenal lelah untuk menyelamatkan sesama melalui setetes darah. Berikut adalah rangkuman sejarah perkembangan transfusi dan bank darah di dunia:
Dari Eksperimen Awal hingga Transfusi Manusia Pertama
Menurut Road Map sejarah bank darah yang dibuat oleh Blood Bank of Alaska, pemahaman awal tentang sistem peredaran darah dimulai pada tahun 1628 oleh dokter asal Inggris, William Harvey. Ia menemukan bahwa darah mengalir melalui tubuh dalam sistem sirkulasi tertutup, penemuan ini menjadi landasan bagi upaya transfusi darah.
Pada tahun 1665, Richard Lower berhasil melakukan transfusi darah antar anjing—eksperimen pertama yang berhasil didokumentasikan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1667, Jean-Baptiste Denis dari Prancis dan Edmund King dari Inggris melakukan transfusi darah dari domba ke manusia. Hasilnya beragam dan memicu perdebatan etika serta medis pada masa itu.
Tahun 1818 menjadi tonggak penting ketika James Blundell, seorang dokter kebidanan asal Inggris, melakukan transfusi darah dari manusia ke manusia untuk menyelamatkan seorang wanita yang mengalami pendarahan pascamelahirkan. Meskipun teknologi dan pengetahuan masih terbatas, inilah awal dari penerapan transfusi darah yang efektif.
Penemuan Golongan Darah dan Sistem Penyimpanan
Abad ke-20 membawa perubahan besar dalam dunia medis. Pada tahun 1901, Karl Landsteiner menemukan tiga golongan darah manusia: A, B, dan O, yang kemudian dilengkapi dengan penemuan golongan AB dan sistem Rh pada 1939–1940. Penemuan ini sangat penting karena menjelaskan mengapa banyak transfusi darah sebelumnya mengalami kegagalan.
Pada 1907, Reuben Ottenberg memperkenalkan konsep pencocokan silang (cross-matching), yang memastikan bahwa darah donor sesuai dengan penerima, sehingga mengurangi risiko reaksi transfusi yang berbahaya secara signifikan.
Bank Darah Sipil Pertama di Dunia
Menurut informasi dari Rumah Sakit Rockefeller, pada tahun 1915, ilmuwan Peyton Rous dan J.R. Turner di institut tersebut mengembangkan larutan Locke yang ditambah dengan sodium sitrat dan dextrose. Larutan ini mencegah pembekuan darah dan menjaga sel darah tetap sehat.
Metode ini pertama kali diuji pada hewan dan kemudian berhasil diterapkan pada manusia. Pada tahun 1917, Oswald H. Robertson membawa teknik ini ke medan perang Belgia selama Perang Dunia I, menjadikannya bank darah portabel pertama di dunia.
Pada 1937, Dr. Bernard Fantus mendirikan bank darah sipil pertama di Amerika Serikat, tepatnya di Cook County Hospital, Chicago. Ia menyebutnya “Bank Darah” untuk memberi kesan yang lebih ramah dan tidak menakutkan bagi para pendonor. Konsep ini segera diadopsi secara luas, memungkinkan rumah sakit untuk menyimpan darah guna keperluan darurat dan operasi besar.
Perang Dunia II dan Standardisasi Global
Selama Perang Dunia II, sistem penyimpanan dan distribusi darah mengalami perkembangan pesat. Plasma kering menjadi komponen penting dalam pengobatan prajurit yang terluka. Program “Plasma for Britain” yang dipimpin oleh Dr. Charles Drew memperkuat pengumpulan dan pengiriman darah dalam skala besar ke Eropa.
Pada tahun 1947, pengujian golongan darah ABO dan sifilis menjadi standar untuk setiap unit darah.
Pada 1949, sistem Amerika memiliki lebih dari 1.500 bank darah rumah sakit, 46 pusat komunitas, dan 31 pusat regional Palang Merah Amerika. Ini menandai era baru di mana bank darah menjadi bagian tetap dalam sistem kesehatan modern.
Perkembangan terus berlanjut. Pada tahun 1961, konsentrat trombosit diperkenalkan untuk mengurangi kematian akibat pendarahan pada pasien kanker. Pada 1969, metode penyimpanan trombosit pada suhu ruang diperbaiki.
Teknologi apheresis pada 1972 memungkinkan pengambilan hanya satu komponen darah (seperti trombosit atau plasma) dan mengembalikan sisanya ke tubuh donor.
Keamanan dan Regulasi Modern
Keselamatan dalam transfusi darah menjadi prioritas utama di era modern. Pada tahun 1971, dimulai pengujian antigen hepatitis B. Pada 1985, FDA menyetujui tes antibodi HIV pertama, diikuti oleh pengujian HIV-1 dan HIV-2 pada 1992. Pada 2002, teknologi NAT (nucleic acid testing) diterapkan untuk mendeteksi HIV dan hepatitis C dengan lebih akurat sebelum gejala muncul.
Menurut American Red Cross, saat ini sekitar 13,6 juta unit darah disumbangkan setiap tahun di AS, dengan kebutuhan harian sekitar 36.000 unit.
Proses pengelolaan darah di bank darah meliputi pengumpulan, pemrosesan, pengujian, dan penyimpanan. Darah yang didonorkan akan dipisahkan menjadi beberapa komponen: sel darah merah, plasma, dan trombosit.
Setiap unit darah diuji untuk mendeteksi penyakit seperti HIV, hepatitis B dan C, serta ditentukan golongan darahnya sebelum disimpan hingga 42 hari. Proses ini memastikan bahwa pasien menerima darah yang aman dan sesuai kebutuhan mereka.
Sejarah bank darah mencerminkan evolusi luar biasa dalam dunia kedokteran, dari eksperimen yang kontroversial hingga upaya penyelamatan hidup secara besar-besaran. Dengan terus meningkatnya kebutuhan darah dan tantangan medis baru, peran donor darah dan inovasi di bidang bank darah menjadi semakin vital.
Hari Donor Darah Sedunia 2025 bukan sekadar tentang memberikan darah, tetapi juga tentang menghargai perjuangan panjang di balik setiap tetes darah yang menyelamatkan nyawa.