Berita Online – Dalam perayaan Hari Perempuan Internasional, penting bagi kita untuk mengangkat isu kesehatan mental perempuan yang seringkali dihadapkan pada tantangan lebih berat dibandingkan dengan laki-laki.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perempuan memiliki kecenderungan dua kali lebih besar daripada laki-laki untuk mengalami depresi, yang merupakan salah satu penyebab utama disabilitas global.
Pandemi telah menyebabkan peningkatan prevalensi gangguan mental seperti kecemasan dan depresi hingga lebih dari 25 persen selama tahun pertama pandemi.
“Perempuan, terutama mereka yang bekerja di sektor kesehatan atau sebagai pengasuh, menghadapi tekanan emosional yang lebih besar,” ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi.
Ia menekankan bahwa faktor-faktor seperti beban ganda, tekanan sosial, dan kekerasan berbasis gender ikut berkontribusi pada kerentanan ini.
Baca juga: Hari Perempuan Internasional 8 Maret, Ini 3 Fakta Menarik di Baliknya
“Kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan berbasis gender meningkat selama pandemi, yang berdampak langsung pada kesehatan mental perempuan. Trauma yang tidak ditangani dapat berubah menjadi gangguan mental kronis,” jelasnya.
Selain itu, beban ganda, bahkan multiperan, yang dijalani perempuan juga membuat mereka lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, dan kelelahan emosional. Ketidakpastian ekonomi global semakin memperparah tingkat stres pada perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga.
Sayangnya, banyak perempuan di negara berkembang atau daerah terpencil kesulitan
mengakses layanan kesehatan mental yang terjangkau. Hambatan tersebut dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, stigma sosial, hingga ketimpangan struktural.
Peningkatan akses kesehatan mental
Mendukung kesehatan mental perempuan sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Baca juga: Rahasia Puasa Sehat: Tips Kesehatan Mental dan Fisik dari Psikolog
Tema Hari Perempuan Internasional 2025 adalah “Accelerate Action” atau “Mempercepat Aksi”. Tema ini menekankan pentingnya mengambil langkah cepat dan tegas untuk mencapai kesetaraan gender, termasuk dalam meningkatkan akses untuk mengatasi tantangan kesehatan mental.
Imran menyatakan bahwa saat ini pemerintah memiliki target untuk memperluas akses layanan kesehatan mental bagi perempuan di tingkat komunitas.
“Pemerintah memiliki target agar semua Puskesmas mampu memberikan layanan kesehatan jiwa pada tahun 2027, saat ini baru 40 persen Puskesmas yang mampu memberikan layanan tersebut,” katanya.
Selain itu, diperlukan pendekatan yang holistik. Memperkuat kesejahteraan perempuan tidak hanya melalui layanan kesehatan mental, tetapi juga melalui pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan penguatan hak-hak perempuan.
“Membentuk komunitas yang mendukung dan program pemberdayaan perempuan dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan mendukung kesehatan mental mereka,” tambahnya.
Baca juga: Mengapa Trauma Bisa Memicu Depresi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah menginstall aplikasi WhatsApp ya.