Berita Online – Dokter Spesialis Hematologi Onkologi dari Rumah Sakit Abdul Muthalib menekankan pentingnya melakukan deteksi dini terhadap gangguan darah.
Menurutnya, pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) merupakan langkah awal yang dapat membantu mengidentifikasi adanya masalah pada darah.
“Ketika kadar Hb rendah, segera cari penyebabnya. Mayoritas kasus disebabkan oleh kekurangan zat besi. Namun, perlu waspada jika hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada defisiensi zat besi,” ujar Abdul Muthalib, seperti dilansir Antara, Kamis (27/2/2025).
Baca juga: 7 Gejala Thalasemia, Ada Pucat dan Mudah Lelah
Abdul Muthalib menambahkan bahwa defisiensi zat besi dapat menyebabkan peningkatan volume darah saat menstruasi pada wanita.
Namun, kondisi ini perlu diteliti lebih lanjut, apakah terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD atau mungkin mengindikasikan adanya penyakit thalasemia, yaitu kelainan darah bawaan yang ditandai dengan rendahnya tingkat hemoglobin dan sel darah merah dalam tubuh.
Jika seorang wanita menderita thalasemia dan telah berusia di atas 20 tahun, kemungkinan ia hanya mengidap thalasemia minor atau sebagai pembawa sifat saja.
Lebih lanjut, Abdul Muthalib menyarankan pasangan yang akan menikah untuk melakukan deteksi dini terhadap kelainan darah ini.
Jika keduanya mengidap thalasemia minor, anak yang mereka lahirkan berisiko menderita thalasemia mayor.
Thalasemia mayor, yang biasanya terdeteksi pada anak usia enam bulan, adalah kondisi serius yang mengharuskan penderita menjalani transfusi darah secara rutin.
“Pada kasus thalasemia mayor, pasien tidak mungkin dapat bertahan hidup hingga sekitar 20 tahun karena sangat bergantung pada transfusi darah,” jelas Abdul Muthalib.
Sebagai langkah pencegahan, pasangan yang akan menikah disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah menyeluruh, termasuk medical check-up (MCU).
Dengan deteksi dini, pasangan dapat mengurangi risiko melahirkan anak yang menderita thalasemia mayor.
Baca juga: Penyebab Thalasemia dan Cara Mencegahnya
Di kesempatan yang sama, Spesialis Hematologi Onkologi dari Rumah Sakit Medistra, Aru W. Sudoyo, mengungkapkan bahwa thalasemia berasal dari negara-negara di sekitar Laut Tengah sekitar 10.000 hingga 15.000 tahun yang lalu.
“Saat ini, negara-negara di kawasan tersebut telah memiliki sistem yang baik dalam menangani kasus thalasemia,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Di Yunani dan Siprus, ada kewajiban bahwa semua pasangan yang akan menikah harus menjalani pemeriksaan thalasemia. Namun, hal ini belum diterapkan di Indonesia.”
Menurut Aru, Indonesia perlu belajar dari negara-negara di kawasan Laut Tengah yang telah berhasil menekan angka penderita thalasemia dengan menerapkan pemeriksaan wajib bagi pasangan yang akan menikah.
Deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan yang lebih luas merupakan langkah krusial untuk mengurangi dampak penyakit thalasemia, yang hingga kini masih menjadi masalah serius di Indonesia.
Baca juga: Thalasemia, Apakah Bisa Sembuh? Berikut Faktanya…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.