Ilustrasi. Foto: Medcom

Jakarta: Penyakit infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dalam tiga tahun belakangan. Lonjakan ini terutama terlihat pada kelompok usia 15-19 tahun.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina, menjelaskan bahwa kasus IMS di kalangan remaja bisa disebabkan oleh berbagai hal. Di antaranya adalah kurangnya pemahaman tentang kesehatan seksual, perilaku seks yang berisiko, serta keterbatasan akses ke layanan kesehatan reproduksi.

“Trennya naik dalam tiga tahun terakhir, selain karena peningkatan tes, ini menunjukkan pentingnya edukasi,” ujar Ina, seperti dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 21 Juni 2025. 

Beberapa jenis IMS yang sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda meliputi klamidia, gonore, sifilis, herpes genital, dan HPV.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat lebih dari 4.500 kasus IMS pada kelompok usia muda pada tahun 2024. Dalam tiga tahun terakhir, rinciannya adalah 2.569 kasus pada 2022, 3.222 kasus pada 2023, dan 4.589 kasus pada 2024. 

 

Tren serupa juga terlihat pada kelompok usia produktif antara 20 hingga 24 tahun. Jumlah kasusnya meningkat drastis dari 1.529 kasus menjadi 15.170 kasus. Meskipun pada tahun 2024 terjadi sedikit penurunan, angka kasus tetap relatif tinggi, yaitu 14.604 kasus.

Secara keseluruhan, kasus IMS paling banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 25 tahun. Jumlah pasiennya konsisten mencapai 30 ribu orang per tahun dalam tiga tahun terakhir.

Kemenkes merinci lima jenis IMS terbanyak dalam rentang waktu Juni hingga Maret 2025, yaitu sifilis dini dengan 10.681 kasus, sifilis dengan 8.336 kasus, servisitis proctitis dengan 7.529 kasus, urethritis gonore dengan 6.761 kasus, dan kandidiasis serta BV dengan 5.185 kasus.