Berita Online – Minyak babi atau lard baru-baru ini menjadi bahan perbincangan setelah restoran Ayam Goreng Widuran di Solo mengungkapkan bahwa mereka telah menggunakannya.
Restoran legendaris tersebut baru saja mengakui penggunaan minyak babi setelah 50 tahun beroperasi sejak didirikan pada tahun 1973.
Seorang karyawan bernama Nanang menyebutkan bahwa bahan nonhalal ini hanya dipakai dalam pembuatan kremesan ayam goreng, yang telah diakui kelezatannya oleh banyak pelanggan.
Minyak babi memang dikenal sebagai bahan tambahan yang mampu meningkatkan cita rasa makanan.
Namun, ahli gizi mengungkap fakta tentang kandungannya, yang ternyata dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan.
Baca juga: Kandungan Minyak Wijen dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Ahli Gizi Olivia Gresya, S.Gz menjelaskan bahwa minyak babi mengandung tingkat lemak jenuh atau lemak jahat yang cukup tinggi.
Berdasarkan data nutrisi dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), satu sendok makan minyak babi (12,8 gram) mengandung 5,02 gram lemak jenuh.
Selain itu, minyak babi juga terdiri dari campuran lemak tak jenuh tunggal dan ganda.
Menurut USDA, dalam takaran yang sama, lemak tak jenuh tunggal dan ganda dalam minyak babi masing-masing mencapai 5,8 gram dan 1,43 gram.
Olivia menambahkan, ketika digunakan untuk memasak, lemak jenuh dari minyak babi dapat memberikan tekstur renyah pada makanan.
Sementara itu, lemak tak jenuh dalam minyak ini memberikan sensasi lembut dan juicy pada hidangan.
“Kombinasi ini menghasilkan mouthfeel (sensasi di mulut) yang kaya dan menyenangkan, sehingga membuat makanan terasa lebih nikmat,” jelas Olivia kepada Berita Online pada Kamis (5/6/2025).
Meskipun lezat, konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan stroke.
Alasannya, minyak nonhalal ini juga tinggi kalori dan rendah serat.
Berdasarkan USDA, satu sendok makan minyak babi mengandung 115 kalori dengan 0 gram serat.
Baca juga: Kandungan Minyak Kelapa dan Manfaatnya untuk Kesehatan