Berita Online – Kebiasaan hidup sebagai night owl atau individu yang aktif pada malam hari mungkin memiliki dampak yang lebih serius daripada sekadar merasa mengantuk di pagi hari.
Sebuah penelitian terbaru dari University of Groningen, Belanda, mengungkapkan bahwa kebiasaan begadang, terutama pada orang dengan tingkat pendidikan tinggi, berpotensi terkait dengan penurunan fungsi kognitif seiring berjalannya waktu.
Studi ini menganalisis data dari 23.798 orang berusia 40 tahun ke atas yang terdaftar dalam basis data kesehatan publik.
Para peneliti membandingkan kebiasaan tidur peserta dengan hasil tes Ruff Figural Fluency Test (RFFT), yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif selama periode 10 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang terbiasa tidur larut malam dan memiliki latar belakang pendidikan universitas mengalami penurunan kognitif yang lebih signifikan dibandingkan kelompok lain.
“Pada kelompok dengan pendidikan tinggi, setiap peningkatan satu jam dalam kebiasaan tidur malam hari berkorelasi dengan penurunan skor kognitif sebesar 0,80 poin per dekade,” tulis tim peneliti dalam Journal of Prevention of Alzheimer’s Disease, seperti dikutip dari ScienceAlert, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: Begadang dan Kurang Sinar Matahari Bisa Melemahkan Imun, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Pengaruh kualitas tidur dan kebiasaan merokok
Penelitian ini juga menekankan peran faktor lain seperti kualitas tidur dan kebiasaan merokok.
Kedua faktor ini memang diketahui berkaitan dengan risiko demensia, namun kontribusinya terhadap penurunan fungsi otak dalam studi ini relatif kecil—yaitu 13,52 persen untuk kualitas tidur dan 18,64 persen untuk kebiasaan merokok.
Sementara itu, aktivitas fisik, riwayat merokok di masa lalu, dan konsumsi alkohol tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam hubungan antara pola tidur dan penurunan kognitif.
Menariknya, hubungan ini hanya ditemukan pada kelompok dengan pendidikan tinggi. Pada kelompok dengan tingkat pendidikan rendah dan menengah, tidak ditemukan efek serupa yang berarti.
Baca juga: 4 Efek Samping Begadang bagi Remaja, Tak Hanya Mengantuk
Mengapa night owl berisiko lebih tinggi?
Para peneliti menduga bahwa individu dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan dengan jadwal kerja tetap, sehingga mereka harus bangun pagi meskipun terbiasa begadang.
Ketidaksesuaian ritme ini dapat mengganggu proses pemulihan otak dan berkontribusi pada penurunan fungsi kognitif.
Selain itu, orang dengan pendidikan tinggi biasanya memiliki kapasitas kognitif awal yang lebih tinggi.
Penurunan kemampuan ini mungkin akan terlihat lebih jelas dibandingkan pada individu dengan kapasitas awal yang lebih rendah.
Namun, para peneliti mengingatkan bahwa studi ini belum dapat membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung antara kebiasaan tidur malam dan penurunan kognitif. Ada banyak faktor kompleks yang mungkin ikut berperan dan belum sepenuhnya terungkap.
Baca juga: Apa Akibat Sering Begadang bagi Wanita? Berikut 8 Daftarnya…
Urgensi menjaga kesehatan otak
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup di berbagai negara, menjaga kesehatan kognitif menjadi prioritas utama.
Organisasi kesehatan memperkirakan bahwa jumlah penderita demensia di seluruh dunia saat ini mencapai sekitar 57 juta orang, dan angka ini diprediksi akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050.
“Dengan meningkatnya usia harapan hidup dan populasi yang menua di seluruh dunia, menjaga kesehatan kognitif menjadi prioritas global yang mendesak,” tulis para peneliti.
Penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa kebiasaan tidur, terutama jika dipertahankan selama bertahun-tahun, dapat berdampak besar pada kesehatan otak—terutama bagi mereka yang terbiasa berpikir keras sepanjang hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.