Berita Online – Vaksin BCG, yang selama ini digunakan untuk imunisasi bayi guna mencegah tuberkulosis (TBC), ternyata belum mampu memberikan perlindungan optimal bagi orang dewasa terhadap infeksi TBC aktif.
Salah satu penyebabnya adalah karakteristik bakteri penyebab TBC yang jauh lebih kuat dibandingkan bakteri pada umumnya.
“Mycobacterium tuberculosis bukanlah bakteri biasa. Bakteri ini memiliki struktur yang mirip jamur, dilengkapi dinding sel yang tebal, dan sangat sulit untuk dimusnahkan,” jelas edukator farmasi apt. Rahmat Hidayat, S.Farm., MSc, dalam program Kemencast yang ditayangkan di kanal YouTube Kementerian Kesehatan RI, Minggu (22/6/2025).
Baca juga: Terjebak Mitos, Banyak Orang Tak Divaksin dan TBC Terus Menular
Bakteri TBC tahan lama dan sulit untuk dihilangkan
Menurut Rahmat, pengobatan untuk penyakit infeksi biasa biasanya hanya memakan waktu beberapa hari. Namun, hal ini tidak berlaku untuk TBC.
“Proses pengobatan TBC dapat berlangsung hingga enam bulan karena bakteri penyebabnya memiliki struktur yang sangat kuat dan menempel erat di jaringan tubuh,” paparnya.
Karakteristik ini membuat bakteri TBC mampu bertahan dalam tubuh manusia dalam kondisi laten selama bertahun-tahun, dan kemudian aktif kembali saat daya tahan tubuh menurun.
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) yang digunakan saat ini terbukti efektif mencegah bentuk TBC berat seperti TBC meningitis dan TBC miliar, namun hanya jika diberikan kepada bayi atau anak di bawah usia dua bulan.
“BCG memang penting untuk mencegah komplikasi berat pada anak. Namun, vaksin ini tidak cukup untuk mencegah reaktivasi TBC laten pada orang dewasa,” ujar Rahmat.
Baca juga: TBC Bisa Menyerang Otak dan Organ Vital, Ini Bentuk-bentuk TBC yang Paling Berbahaya
Vaksin tambahan diperlukan untuk melindungi orang dewasa
Mengingat keterbatasan vaksin BCG, kini sedang dikembangkan vaksin baru bernama M72.
Vaksin ini dirancang khusus untuk mencegah infeksi TBC laten berkembang menjadi aktif pada remaja dan dewasa.
“M72 mengandung komponen spesifik dari Mycobacterium tuberculosis yang bertanggung jawab atas infeksi laten. Dengan demikian, antibodi yang dihasilkan juga lebih spesifik dan efektif,” terang Rahmat.
Uji klinis M72 tahap 2B telah dilakukan di beberapa negara dengan angka TBC tinggi, seperti Zimbabwe dan Uganda, dengan hasil yang cukup menjanjikan—mampu menurunkan risiko infeksi aktif hingga 50 persen.
Saat ini, vaksin tersebut memasuki tahap uji klinis fase 3, termasuk di Indonesia.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia. Oleh karena itu, partisipasi dalam pengembangan vaksin M72 dianggap sangat penting untuk mempercepat solusi penanganan penyakit ini.
“Kita harus aktif terlibat dalam uji coba dan pengembangan vaksin, agar dapat memberikan perlindungan yang lebih maksimal kepada masyarakat,” tegas Rahmat.
Berita Online telah mendapatkan izin dari Kemenkes untuk mengutip isi dan pernyataan dalam program Kemencast yang ditayangkan di kanal YouTube resmi Kementerian Kesehatan RI, Minggu (26/6/2025).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.