More
    HomeKesehatan19 Kasus Leptospirosis dengan 6 Kematian

    19 Kasus Leptospirosis dengan 6 Kematian

    Published on

    spot_img


    Berita Online – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menginformasikan bahwa jumlah kasus leptospirosis meningkat menjadi 19 kasus hingga 8 Juli 2025.

    Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data, dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyatakan bahwa dari 19 kasus tambahan tersebut, enam di antaranya berakhir dengan kematian.

    Dalam jumpa pers di Balai Kota Yogyakarta pada Kamis (10/7/2025), Lana menjelaskan bahwa angka kematian atau tingkat fatalitas kasus leptospirosis tahun ini tergolong tinggi, mencapai 31 persen dari total kasus yang tercatat.

    Baca juga: Saat 141 RT di Jakarta Kebanjiran, Warga Perlu Waspada Leptospirosis

    Penyebaran kasus leptospirosis di Yogyakarta

    Dinkes Kota Yogyakarta mencatat bahwa kasus leptospirosis tahun ini tersebar di 11 kemantren (kecamatan).

    Kasus terbanyak ditemukan di Jetis dan Tegalrejo, masing-masing dengan tiga kasus.

    Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

    Kompas.id

    Sementara itu, kasus kematian akibat leptospirosis ditemukan masing-masing satu di Pakualaman, Gedongtengen, Wirobrajatan, Jetis, serta dua kasus di Ngampilan.

    “Tiga kemantren yang masih bebas kasus, yaitu Kraton, Danurejan, dan Gondomanan,” ujar Lana seperti yang dikutip Berita Online dari Antara pada Kamis (10/7/2025).

    Lana menyatakan bahwa tingginya angka kematian akibat leptospirosis tahun ini terkait dengan keterlambatan pemeriksaan, karena gejala yang muncul tidak khas.

    “Gejala klinisnya tidak spesifik, sehingga sering kali pasien tidak menyangka terinfeksi leptospirosis,” ucapnya.

    Lana mengungkapkan bahwa banyak kasus di mana pasien tidak segera mencari pertolongan medis, karena menganggap gejala seperti kelelahan yang dialami hanya akibat aktivitas harian atau kehujanan.

    Selanjutnya, Lana menyebutkan gejala awal leptospirosis biasanya berupa demam, sakit kepala, dan pegal-pegal.

    Sayangnya, gejala tersebut sering kali dianggap sebagai masalah biasa, bukan penyakit.

    Baca juga: Leptospirosis Langka Sebabkan Gagal Ginjal Akut pada Pemuda Iran

    Periksa setelah leptospirosis memburuk

    Berdasarkan pengamatan Dinkes, sebagian besar pasien baru mengakses layanan kesehatan setelah kondisi memburuk.

    Salah satu kasus meninggal terbaru, yakni pasien ke-19, diketahui mulai sakit sejak 30 Juni 2025.

    Namun, ia baru memeriksakan diri ke rumah sakit pada 7 Juli dan meninggal pada 8 Juli.

    Pasien tersebut awalnya diperiksa di rumah sakit tipe D, yang tidak memiliki fasilitas cuci darah.

    Kemudian, ia dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

    “Namun, belum sempat cuci darah, pasiennya sudah meninggal,” terang Lana.

    Dari enam pasien yang meninggal akibat leptospirosis, Lana menyebut korban termuda berusia 17 tahun dan masih berstatus pelajar.

    Sedangkan, pasien yang terakhir meninggal akibat leptospirosis berusia sekitar 50 tahun.

    Lana menjelaskan bahwa leptospirosis yang terlambat dideteksi dan ditangani bisa menyebabkan gagal ginjal.

    “Kalau ditangani sejak awal, termasuk bila perlu cuci darah, pasien bisa sembuh dan tidak perlu lagi menjalani cuci darah rutin,” ujar Lana.

    Baca juga: Pemkab Lumajang Imbau Warga Waspada Leptospirosis, Apa Gejala dan Langkah Pencegahannya?

    Faktor risiko leptospirosis dari ke-19 kasus

    Lana juga menerangkan bahwa faktor risiko leptospirosis pada kesembilan belas kasus yang tercatat hingga 8 Juli 2025 tidak selalu terkait dengan lingkungan kerja.

    Dari 19 kasus yang tercatat, beberapa di antaranya berasal dari pasien yang tidak bekerja di lingkungan kotor atau basah.

    “Dari 19 kasus itu juga sebenarnya pekerjaannya tidak berhubungan. Ada yang pekerjaannya di swalayan, tapi kemudian punya hobi memancing. Ada yang pelajar, tapi bisa jadi mungkin ya ini habis camping,” ungkapnya.

    Untuk mencegah kasus leptospirosis meluas, Lana mengimbau masyarakat mewaspadai kemungkinan penularan terutama setelah beraktivitas di lingkungan basah, becek, atau dekat aliran air.

    Selain itu, ia mengingatkan warga yang mengalami gejala demam disertai pegal dan lemas agar tidak menunda pemeriksaan ke dokter.

    “Jangan anggap remeh. Kalau muncul gejala seperti itu, apalagi habis kontak dengan air atau tanah, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” pesan Lana.

    Baca juga: Yogyakarta Waspada Leptospirosis: 18 Kasus dengan 5 Meninggal Januari-Juni

    Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Berita Online WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


    Latest articles

    Waspada! Ibu Rumah Tangga Juga Berpotensi Kena Penyakit Metabolik

    Asih Parmulasih merupakan bukti nyata bahwa seorang ibu rumah tangga juga berpotensi mengalami...

    Program Deteksi Dini Industri Farmasi Upaya Preventif di Bidang Kesehatan

    Ilustrasi. Foto: Freepik. Solo: Program pemeriksaan...

    Kemarau Basah Picu Risiko Penyakit, Pakar Ingatkan Jaga Daya Tahan Tubuh

    Berita Online - Musim kemarau basah yang melanda beberapa daerah di Indonesia belakangan...

    Lengkap! Segini Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3

    Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga. Jakarta: BPJS Kesehatan akan mengalami...

    More like this

    Waspada! Ibu Rumah Tangga Juga Berpotensi Kena Penyakit Metabolik

    Asih Parmulasih merupakan bukti nyata bahwa seorang ibu rumah tangga juga berpotensi mengalami...

    Program Deteksi Dini Industri Farmasi Upaya Preventif di Bidang Kesehatan

    Ilustrasi. Foto: Freepik. Solo: Program pemeriksaan...

    Kemarau Basah Picu Risiko Penyakit, Pakar Ingatkan Jaga Daya Tahan Tubuh

    Berita Online - Musim kemarau basah yang melanda beberapa daerah di Indonesia belakangan...
    Timur188 Menang Terus Gacor Terus