Jakarta: Berbagai pihak terus meningkatkan layanan edukasi kesehatan di sejumlah wilayah. Salah satunya melalui simulasi format baru dalam program edukasi kesehatan Mobil Klinik (MONIK) yang berfokus pada Pola Hidup Sehat, Pola Konsumsi Sehat, dan Pola Sanitasi Sehat (3P).
Program ini diinisiasi oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebagai bagian dari tanggung jawab sosial di bidang kesehatan masyarakat, dijalankan di tiga lokasi di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efektivitas format baru ini apabila diterapkan kepada masyarakat.
Dalam modul Pola Konsumsi Sehat, masyarakat diajarkan memanfaatkan sumber pangan lokal untuk meningkatkan gizi keluarga. Sementara itu, materi Pola Sanitasi Sehat membahas pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta perbaikan infrastruktur dasar.
Selain fokus pada materi edukasi, format baru ini juga memberikan porsi lebih besar bagi keterlibatan aktif masyarakat. Pelaksanaannya akan melibatkan kerjasama dengan Puskesmas, kepala dusun, pegiat PKK dan Posyandu, serta tokoh agama setempat.
Agus Waluyo, kepala dusun di Kampung Rancaiga, Desa Cipayung, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, menyatakan bahwa pelatihan semacam ini sangat membantu program desa dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
“Wilayah kami masih menghadapi tantangan di bidang kesehatan, terutama karena banjir tahunan. Melalui pelatihan ini, kami bisa meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga tentang pentingnya menjaga kebersihan,” jelas Agus dalam keterangan yang dirilis Jumat, 20 Juni 2025.
Chief of Business Support Officer TBIG, Lie Si An, menjelaskan bahwa penerapan format baru ini bertujuan untuk memastikan kelancaran program edukasi kesehatan. Selain menekankan aspek pola hidup, konsumsi, dan sanitasi sehat, format baru ini juga memberikan ruang yang lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi.
“Kolaborasinya akan semakin kuat,” ujarnya.
Lie Si An menambahkan bahwa format baru ini rencananya akan mulai diimplementasikan pada Agustus 2025. TBIG telah menyusun jadwal kegiatan edukasi kesehatan dan bantuan makanan bergizi di 80 lokasi wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Simulasi ini dilakukan agar program bisa lebih efektif dan sesuai dengan kondisi lingkungan di berbagai wilayah di Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi, menekankan bahwa inovasi dalam program CSR harus selalu berorientasi pada kebutuhan nyata masyarakat. TBIG berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat, tidak hanya melalui infrastruktur telekomunikasi, tetapi juga melalui pendekatan sosial yang berdampak langsung.
“Inisiatif MONIK dengan format baru ini adalah bukti nyata bahwa kami terus berinovasi agar CSR tidak sekadar simbolis, tetapi benar-benar memberikan manfaat,” tegas Herman.
Dalam pelaksanaannya, TBIG bekerja sama dengan Filantra sebagai mitra strategis untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas program. Langkah ini memperkuat komitmen TBIG dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan CSR yang berdaya guna.