Ilustrasi. Metrotvnews.com.
Jakarta: Brain rot atau kerusakan otak adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berselancar di media sosial, terutama ketika menonton konten yang tidak bermutu.
Meskipun risiko brain rot dari aktivitas ini belum diteliti secara mendalam, beberapa ahli menyatakan ada alasan serius untuk khawatir tentang dampak waktu layar (screen time) yang berlebihan. Hal ini khususnya relevan bagi remaja dan anak-anak yang otaknya masih dalam masa pertumbuhan.
“Masalah utama terkait anak-anak karena perkembangan otak memerlukan paparan yang beragam,” ujar Ketua Feil Family Brain and Mind Research Institute dan ahli saraf di Weill Cornell Medicine, Costantino Iadecola, seperti dikutip dari Today, Minggu, 22 Juni 2025.
Menurutnya, terlalu banyak waktu di depan layar dengan mengabaikan partisipasi dalam aktivitas lain selama periode kritis perkembangan dapat berdampak buruk pada anak-anak dan remaja. Hal ini dapat meningkatkan risiko mereka terhadap kecemasan dan depresi.
Oxford University Press mendefinisikan brain rot sebagai kemunduran kondisi mental atau intelektual akibat terlalu banyak mengonsumsi konten yang tidak bermanfaat atau tidak menantang. Istilah ini, yang dipilih sebagai Oxford Word of the Year pada 2024, juga dapat merujuk pada konten yang cenderung menyebabkan kemunduran tersebut.
Terlalu banyak waktu di depan layar dapat dikaitkan dengan gejala seperti kabut otak, kelelahan, rentang perhatian yang berkurang, dan kesulitan dalam mengatur diri sendiri.
“Orang-orang bisa membicarakan (kerusakan otak) dalam konteks seperti, ‘Oh, konten itu sangat buruk. Saya tidak percaya Anda menontonnya karena itu akan merusak otak Anda,'” kata profesor madya sosiologi di Kenyon College, Marci Cottingham.
“Atau mungkin muncul perasaan, ‘Saya merasakan hal ini setelah berjam-jam menonton TikTok,'” kata Cottingham, yang karyanya telah meneliti peran neoemosi seperti doomscrolling.
Salah satu dari sedikit penelitian yang ada, diterbitkan awal tahun ini di Brain Sciences, mengidentifikasi tiga faktor yang mungkin berkontribusi terhadap brain rot. Ketiganya mencakup waktu layar yang berlebihan, kecanduan media sosial, dan beban kognitif yang terlalu tinggi.
Akibatnya, seseorang bisa mengalami perubahan fungsi kognitif. Secara khusus, mereka mungkin mengalami gangguan memori atau memori jangka pendek, kesulitan berkonsentrasi, rentang perhatian yang pendek, impulsif, dan keinginan untuk kepuasan instan.
Dalam beberapa hal, brain rot terdengar mirip dengan kelelahan, yang keduanya memiliki ciri-ciri depresi dan gangguan fungsi eksekutif. Bagi banyak orang, gejala brain rot kemungkinan bersifat situasional atau berubah dari waktu ke waktu. Namun, bagi beberapa orang, tanda-tanda kerusakan otak bisa menjadi bagian dari masalah klinis, seperti dalam kasus ADHD.
Meskipun ada kekhawatiran nyata tentang waktu layar dan penggunaan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja, Iadecola menekankan bahwa perilaku brain rot mungkin merupakan akibat, bukan penyebab, dari masalah kesehatan mental atau masalah perhatian.
Misalnya, seorang remaja yang sudah memiliki gejala depresi atau kecemasan mungkin lebih cenderung terlibat dalam penggunaan media sosial yang bermasalah. Atau, jika Anda sudah mengalami kesulitan fokus, konten media sosial mungkin lebih menarik dan memperburuk masalah tersebut.
Jika Anda khawatir tentang penggunaan media sosial oleh anak Anda atau diri Anda sendiri, penulis studi Brain Science menyarankan beberapa langkah konkret untuk mengurangi kerusakan otak, terutama bagi anak-anak dan remaja:
- Pantau dan batasi waktu penggunaan layar
- Kelola media sosial dalam lingkungan yang lebih positif secara emosional
- Masukkan aktivitas nondigital, seperti menghabiskan waktu di luar ruangan, menulis, dan bermain musik
- Bangun dukungan sosial dan keterlibatan masyarakat melalui aktivitas kelompok
Untuk orang dewasa, Iadecola menyarankan untuk memandang brain rot dan waktu menonton layar sebagai bentuk kecanduan. Misalnya, jika Anda menemukan diri Anda menggulir TikTok tanpa sadar sebelum tidur, Anda mungkin menyadari bahwa tidur Anda terganggu.
Ia menyarankan untuk mencatat waktu menonton layar, memperhatikan saat-saat ketika layar tidak produktif, dan mengganti kebiasaan tersebut dengan sesuatu yang lebih menarik, seperti membaca buku yang ia sebut sebagai anti-internet.